Seni Mengelola konflik Pemerintahan Desa
Manajemen Konflik Terhadap Keberlangsungan pemerintah Desa
![]() |
Doc.sekilasdesa.com |
SEKILAS DESA Seni Mengelola konflik Pemerintahan Desa-Desa merupakan unit terkecil wilayah administratif sebuah pemerintahan, masyarkata dan pemerintahannya begitu dekat tanpa sekat. Aktifitas pemerintahan, masayarakat bisa langsung mengetahuinya. Kebijakan atau aturan-aturan yang di sampaikan oleh pemerintah pusat, daerah tingkat 1 atau provinsi dan daerah tingkat 2 atau kabupaten/kota yang menyangkut hal tersebut sepenuhnya harus disosialisasikan lagi oleh pemerintahan desa.
Aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah tidak semuanya berbanding lurus dengan kemauan masyarakat, bagi sebagian masyrakat terkadang aturan tersebut kurang di pahami sehingga timbul kesalah pemahaman. Bukan hanya itu saja, konflik yang timbul bisa datang dari internal pemerintahan desa. Konflik bisa berupa ranah kebijakan kepala desa, atau ada yang memanfaatkan dari sebuah kebijakan tersebut.
Demikian pula maslah-maslah yang lain yang harus di selesaikan dengan maksud mecapai kesejahteraan dan harmonisasi masyarakat.
Sebelum menyelesaikan maslah, tentu saja ada cara tersendiri untuk mengatasinya.
Inventarisir masalah
- Kenali dulu maslahnya
- Masalah yang muncul datangnya dari mana
- Apa penyebab masalahnya
- Siapa penyebab masalah
- Kapan terjadinya maslah
Bentuk tim untuk penyelesaian maslah, tim tersebut adalah orang yang sangat dipercaya. Teorinya bisa mempergunakan orang dalam pemerintahan atau lembaga yang ada di Desa. Selanjutnya jika semuanya sudah mempunyai jawaban, maka langkah selanjutnya adalah sebagai kingmaker wilayah atau kepala desa bisa memilah dan memilih seperti apa langkah menyelesaikannya.
Manajemen konflik
Dalam setiap pemerintahan pasti terdapat interaksi antar tim, dari interaksi tersebut tidak jarang muncul berbagai potensi munculnya konflik. Hal ini dikarenakan perbedaan dalam pola pikir, persepsi dan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi konflik tersebut terjadi.
Konflik akan selalu hadir dalam skala besar ataupun kecil, baik sebagai individu ataupun perusahaan, yang menjadi perhatian adalah bagaimana menjadikan sebuah konflik sebagai wadah untuk berkembang dan bertumbuh bukan hanya menjadi terpuruk. Hal ini dapat diupayakan dengan manajemen konflik, yaitu seni mengelola konflik.
Manajemen berasal dari bahasa Italia yaitu Maneggiare (Haney dalam Mardianto, 2000) yang berarti melatih kuda-kuda, yang artinya mengendalikan. Dalam bahasa Inggris yaitu Management (Echols dan Shadily, 2000) berarti pengelolaan. Dalam bahasa Cina, manajemen adalah kuan lee yang berasal dari dua kata yaitu kuan khung (pengawas orang kerja) dan lee chai (memanajemen konflik uang) (Mardianto, 2000).
Menurut Johnson (Supratiknya, 1995) konflik adalah situasi dimana tindakan salah satu pihak berakibat menghalangi, menghambat atau mengganggu tindakan pihak lain. Menurut Vasta (Indati, 1996), konflik akan terjadi bila seseorang melakukan sesuatu tetapi orang lain menolak, menyangkal, merasa keberatan atau tidak setuju dengan apa yang dilakukan seseorang. Konflik juga berarti adanya pertentangan atau pertentangan pendapat antara orang-orang atau kelompok-kelompok. Setiap hubungan antar pribadi mengandung unsur-unsur konflik, pertentangan pendapat, atau perbedaan kepentingan.
Dapat menyimpulkan manajemen konflik adalah langkah yang diambil pelaku atau pihak ketiga untuk mengarahkan pertengkaran ke arah penyelesaian konflik untuk menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif, atau mufakat.
Merujuk pada difinisi di atas, dapat dilihat seberapa pentingnya manajemen konflik pada suatu pemerintahan. Manajemen konflik dapat mencegah gesekan antara tim yang satu dengan yang lain, membangun rasa saling menghormati antar lembaga, meningkatkan kinerja maupun kreatifitas agar tujuan pemerintahan dapat tercapai.
Dengan adanya konflik manajemen diharapkan adanya acuan yang dapat dilakukan dalam melakukan evaluasi terhadap kinerja tim pemerintahan yang terlibat. Konflik-konflik yang terjadi pada sebuah proyek justru dapat menjadi radar sekaligus parameter dalam melakukan evaluasi untuk mengidentifikasi sistem yang sudah berjalan dengan baik atau perlu perubahan.
Selain hal di atas, manajemen konflik juga dapat dijadikan metode pengembangan kompetensi. Manajemen konflik yang tepat akan mengimprovisasi kemampuan interaksi lembaga dalam menangani konflik yang tercipta sebagai akibat interaksi antar lembaga.
Manfaat konflik apabila dilakukan dengan cara yang tepat
Dalam berbagai situasi, peluang konflik selalu ada dan merupakan hal yang lumrah terjadi pada suatu pemerintahan. Tidak selalu memberi dampak buruk, konflik juga memiliki manfaat apabila dilakukan dengan cara yang tepat, salah satunya melalui manajemen konflik. Berikut manfaat manajemen konflik yaitu :
- Meningkatkan keterlibatan kelembagaan desa
Saat terjadi konflik, kelembagaan yang sebelumnya pasti dan tidak peduli akan terlibat dalam memberikan ide/gagasan terkait masalah yang sedang dihadapi. Ini merupakan hasil positif untuk menumbuhkan rasa memiliki terhadap perusahaan dan rekan kerja.
- mengungkapkan kemampuan menyelesaikan konflik
Dengan beragam masalah yang muncul, kelembagaan akan membayar untuk tanggap mencari solusi yang tengah dihadapi. Kemampuan dalam menghadapi berbagai konflik merupakan keterampilan yang sangat bermanfaat menghadapi dinamika perusahaan yang terus berkembang.
- Mendeteksi celah dalam sistem kerja
Jika suatu masalah menghadapi sebuah konflik, artinya ada sistem kerja yang perlu dievaluasi kembali. Apakah konflik antar lembaga atau budaya kerja yang tidak sesuai dengan tim dan berbagai asumsi lainnya. Dengan adanya masalah, maka dapat dideteksi faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya konflik dan solusi apa yang bisa dilakukan.
- Pemberdayaan perangkat dan lembaga untuk berempati dan berorientasi pada solusi
Dengan melibatkan lembaga dalam proses manajemen konflik artinya melatih mereka untuk berpikir yang berorientasi pada solusi dan melatih rasa empati mereka. Ini akan melatih softskill mereka yang akan sangat berguna di masa depan selain kemampuan teknis.
Untuk menerapkan manajemen konflik, diperlukan strategi yang tepat agar manajemen konflik dapat berjalan efektif, antara lain:
Tidak menyalahkan dan empati lembaga harus mampu untuk berempati, memahami cara orang lain menilai sesuatu sebagai sesuatu yang berbeda. Tidak saling menyalahkan jika terjadi konflik dan harus saling bersinergi mendukung
- Argumentatif dan agresi verbal
Kesediaan menjelaskan secara argumentatif mengenai sudut pandang dalam konflik.
- Fokus pada masa sekarang
Fokuskan konflik di sini dan sekarang dan pada orang yang dimaksud bukan pada yang lain.
- Penghindaran dan melawan secara aktif
Menghindar maksudnya adalah menghindar secara fisik yang nyata, misalkan meninggalkan ruangan. Namun daripada menghindar akan lebih baik berperan aktif pada konflik yang sedang dihadapi agar saling memahami masalah apa yang sedang terjadi dengan menjadi pembicara dan pendengar yang aktif dan bertanggung jawab atas setiap pemikiran dan perasaan.
Dengan memahami apa itu konflik dan bagaimana mengelolanya, serta mengetahui strategi yang tepat, maka sebuah konflik yang semula hanya berdampak negatif akan berdampak positif jika direspon dengan baik. Sejatinya setiap konflik yang ada dalam kehidupan apabila direspon dan dikelola dengan baik, maka akan sangat bermanfaat dalam hal memajukan kreativitas dan inovasi pada pemerintahan desa.