Menghadapi Kekeringan Inovasi Unik Warga Tasikmalaya dengan Kincir Bambu Raksasa
Menghadapi Kekeringan Inovasi Unik Warga Tasikmalaya dengan Kincir Bambu Raksasa
TASIKMALAYA, SekilasDesa.Com - Sebuah kisah inspiratif datang dari Kampung Sukasirna, Desa Manggungsari, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Di tengah tantangan kekeringan yang melanda, para warga di sana tak tinggal diam. Mereka telah menciptakan sesuatu yang istimewa: kincir air bambu berukuran raksasa, yang menjadi simbol semangat gotong royong. Ini terjadi pada Rabu (23/8/2023).
Dengan diameter mencapai 2 hingga 4 meter, kincir ini juga dilengkapi dengan kotak-kotak penampung air yang terletak di sekitarnya. Tetapi kincir bambu ini memiliki tujuan lebih mulia, yaitu mengairi lahan-lahan sawah para petani ketika kemarau melanda.
Ide luar biasa ini lahir sebagai solusi bagi ratusan hektar sawah yang menghadapi ancaman gagal panen akibat kekurangan air. Ucu Komar Awaludin, Kepala Desa Manggungsari, menjelaskan, "Kami secara berkala membangun kincir air dari bambu yang mengalirkan air dari Sungai Citanduy ke lahan-lahan sawah yang terletak di atas alur sungai. Dengan cara ini, kami mengalirkan air ke kincir bambu raksasa ini agar air dapat diangkat dan disalurkan ke seluruh penjuru sawah, menjaga agar panen tetap berlimpah meski kekeringan melanda."
Keajaiban kincir bambu ini terletak pada sederhananya. Meskipun berukuran besar, struktur ini dibangun dengan bahan-bahan yang mudah didapatkan: bambu, kayu sebagai penopang, dan satu roda besi yang menjadi pusat penggerak di tengah kincir. Tak hanya itu, pendekatan ini juga membuktikan keefektifannya dalam menghadapi musim kemarau. Seluruh biaya pembangunan kincir ini ditanggung oleh warga setempat melalui sistem urunan.
Dalam menggambarkan rincian biaya, Ucu menyatakan, "Untuk membangun satu kincir, kami menghabiskan sekitar Rp 1 juta. Kami hanya memerlukan bahan-bahan sederhana seperti bambu, kayu penopang, dan satu buah roda besi sebagai penggerak yang ditempatkan di tengah diameter kincir."
Meskipun telah berupaya mencari solusi secara mandiri, Ucu mengungkapkan bahwa mereka juga mengajukan permohonan bantuan kepada pemerintah, berupa kincir permanen. Tujuannya agar di saat-saat krisis air seperti kemarau, sawah-sawah mereka tetap terjaga. Namun, impian ini belum terwujud hingga saat ini.
Dalam nada yang penuh harap, Ucu menyimpulkan, "Kami telah beberapa kali mengajukan permohonan kepada pemerintah. Namun hingga kini, belum ada respons. Kami hanya bisa terus berharap dan berupaya semaksimal mungkin."
Tak hanya menjadi contoh inovasi unik, kincir bambu raksasa ini juga mewakili semangat kebersamaan dan ketekunan yang tinggi dalam menghadapi cobaan alam. Dalam dunia yang terus berkembang, kisah ini mengingatkan kita akan kekuatan gotong royong dan daya kreasi yang tak terbatas dalam mengatasi kesulitan.